PANGKALAN BUN – Penyakit gatal-gatal yang menyerang sejumlah warga di Kabupaten Kotawaringin Barat diduga kuat scabies. Penyakit yang juga dikenal dengan kudis ini memiliki beberapa gejala klinis jika sudah tertular.
Berdasarkan penjelasan dari hellosehat.com, gejala kudis umumnya muncul dalam 4 – 6 minggu setelah paparan awal dengan tungau. Jika sudah pernah terkena penyakit ini sebelumnya, gejala dapat muncul lebih cepat, yaitu sekitar 1 – 4 hari setelah paparan.
Pada orang dewasa dan anak yang lebih tua, skabies paling sering ditemukan di antara jari tangan, sekitar kuku, ketiak, sekitar pinggang, pergelangan tangan, atas siku bagian dalam, telapak kaki, sekitar payudara, sekitar area kelamin pria, pantat, lutut, atas tulang belikat, serta area kulit yang ditutupi perhiasan.
Kudis pada bayi dan anak kecil mungkin muncul di, kulit kepala, wajah, leher, telapak tangan, dan telapak kaki.
Adapun tanda dan gejala scabies secara umum, yakni rasa gatal pada kulit biasanya sangat kuat dan cenderung semakin parah saat malam, sehingga membuat susah tidur. Gatal di kulit akibat skabies berkusta rasanya pun jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kudis biasa.
Gejala selanjutnya, ruam kulit akibat kudis biasanya berupa benjolan keras yang sering kali membentuk garis seperti terowongan. Benjolan ini bisa terlihat seperti bekas gigitan serangga yang kecil berwarna merah atau bahkan seperti jerawat. Sebagian orang bahkan mengalami ruam di tangan dengan bercak bersisik seperti gejala eksim.
Scabies juga menyebabkan luka yang kerap muncul di pagi hari karena tanpa sadar penderita menggaruk kulitnya dengan keras saat sedang tidur. Jika dibiarkan, luka dapat berkembang menjadi infeksi berupa sepsis. Sepsis adalah infeksi yang masuk ke aliran darah dan merupakan kondisi nedis yang mengancam nyawa.
Selain itu, kudis menimbulkan kerak tebal pada kulit. Kerak biasanya muncul ketika memiliki kudis berkrusta atau Norwegian scabies, karena jumlah tungau yang hidup di kulit bisa mencapai ribuan. Kerak ini tersebar luas di kulit, berwarna keabu-abuan, dan mudah hancur saat disentuh.
Kadang, kerak muncul di satu atau beberapa area tubuh yang terkena, seperti kulit kepala, punggung, atau kaki. Perlu berhati-hati terhadap scabies berkrusta karena kerak pada kulit pengidapnya bisa dengan mudah jatuh. Kerak ini sangat menular sebab juga mengandung tungau di dalamnya.
Oleh sebab itu, jangan menyentuh atau mengorek rontokan kerak pada orang yang memiliki Norwegian scabies jika tidak ingin tertular.
Gejala seperti gatal dan benjolan kecil di atas kulit yang terkena kudis hampir mirip dengan kondisi kulit lainnya, seperti dermatitis atau eksim. Hubungi dokter jika memiliki tanda dan gejala kudis seperti yang telah disebutkan.
Penularan lewat kontak fisik bisa terjadi bila melakukan sentuhan dengan pasien skabies secara erat, berulang kali, dan berlangsung dalam waktu yang lama. Karena alasan tersebut, penularan jenis penyakit kulit ini juga rentan terjadi saat orang yang sehat melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Hal ini bisa terjadi karena kulit Anda dan pasangan akan bersentuhan dalam waktu yang lama.
Selain itu, faktor lingkungan memainkan peranan yang penting. Kontak fisik tentu lebih sering terjadi dalam satu lingkup lingkungan yang tertutup seperti rumah atau asrama.
Berbagi penggunaan barang pribadi yang sama dengan orang yang terinfeksi, seperti handuk, sprei, dan pakaian juga bisa membuat tungau menyebar.
Beberapa hewan juga diketahui memiliki tungau ini pada tubuhnya. Namun, perlu diingat bahwa penyakit kudis tidak menular dari hewan yang terinfeksi. Anda hanya akan tertular jika melakukan kontak dengan manusia lainnya yang terinfeksi.
Sekalipun menular, Anda tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, Anda tidak akan tertular penyakit kulit ini hanya dengan berjabat tangan atau berpelukan. Sebab, tungau butuh waktu lebih lama untuk merangkak dari satu orang ke orang lainnya.
Faktor Risiko
Risiko kudis atau skabies akan meningkat pada anak-anak, dewasa muda yang akif secara seksual, tinggal bersama di panti jompo, penjara, asrama, dan bermain tempat penitipan anak yang memiliki scabies, serta pasien yang sedang rawat inap.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah juga meningkatkan risiko terkena scabies. Kondisi ini khususnya berlaku untuk Norwegian scabies.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat tungau berkembang biak dengan subur. Hal ini disebabkan oleh orang dengan imun rendah tidak mampu melawan tungau. Tanpa perlawanan dari tubuh, tungau akan berkembang biak dengan sangat cepat.
Lansia, orang dengan HIV/AIDS, penerima transplantasi organ, pengidap kanker, dan orang yang sedang menjalani kemoterapi juga sangat berisiko terkena skabies.
Diagnosis dan Pengobatan
Dokter biasanya akan mendiagnosis kudis atau skabies dengan cara memeriksa kulit dari kepala hingga kaki. Dokter akan mencari tanda-tanda keberadaan tungau dari tampilan kulit Anda.
Untuk memastikannya, biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel kulit atau biopsi kulit yang dicurigai menjadi tempat bersarangnya tungau.
Dokter kemudian akan melihatnya di bawah mikroskop untuk menemukan tungau dan telurnya. Dari sinilah dokter akan bisa melihat apakah Anda memang terkena kudis atau tidak.
Kudis atau scabies bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Adapun berbagai obat kudis yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengatasi kondisinya, yakni
- 5% krim permethrin, untuk menghilangkan kudis dan telurnya (untuk anak 2 bulan ke atas dan wanita hamil).
- 25% persen losion benzyl benzoate.
- 5 sampai 10% salep sulfur.
- 10% krim crotamiton (tidak boleh digunakan untuk anak dan wanita hamil).
- 1% losion lindane (tidak untuk anak di bawah dua tahun, wanita hamil atau menyusui, lansia, dan orang yang memiliki berat kurang dari 50 kg).
- Selain krim, losion, dan ivermectin, dokter juga akan memberikan kombinasi perawatan lain seperti sebagai berikut.
- Antihistamin, untuk mengendalikan rasa gatal dan membantu tidur.
- Losion Pramoxine, untuk mengendalikan rasa gatal.
- Antibiotik, untuk menghilangkan infeksi.
- Krim steroid, untuk mengurangi kemerahan, bengkak, dan gatal.
Mengatasi Bekas Kudis
Setelah luka sembuh, terkadang penyakit ini dapat meninggalkan bekas. Setelah tungau mati, bintik-bintik merah yang mengering ini akan berubah warna jadi lebih gelap dibanding kulit di sekitarnya seperti bekas jerawat.
Memang, kebanyakan bekas kudis dapat memudar seiring waktu. Namun, kemunculannya dirasa mengganggu penampilan oleh sebagian orang.
Untuk itu, Anda bisa mencoba beberapa produk seperti gel penghilang bekas luka yang mengandung silikon, krim retinol, atau eksfoliasi. Produk-produk tersebut digunakan sebagai cara menghilangkan bekas kudis.
Tak hanya orang yang terinfeksi, pengobatan kudis juga mungkin diperlukan semua orang yang pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi atau tinggal bersama dengan penderita. Hal ini termasuk melakukan hubungan seks dengan orang terinfeksi kudis.
Bahkan, orang yang tidak menandakan adanya tanda dan gejala kudis juga perlu diobati. Apalagi jika scabies menginfeksi banyak orang di panti jompo, penjara, dan fasilitas umum bersama lainnya. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mencegah wabah kudis beberapa waktu kemudian.
Biasanya kudis bisa sembuh dan hilang jika Anda rutin menggunakan semua obat yang diresepkan dokter. Obat-obatan ini perlu dioleskan dari mulai leher hingga ke jari-jari kaki.
Untuk bayi dan anak-anak, dokter mungkin akan meminta orangtua untuk mengoleskan salep ke kepala dan wajahnya. Biasanya obat-obatan ini perlu dioleskan sebelum Anda tidur.
Dengan begitu, obat memiliki waktu hingga sekitar 8 jam untuk menyerap ke dalam kulit dan mengatasi kudis serta tungau yang bersarang.
Dokter juga akan meminta Anda untuk mengulangi proses ini setiap hari selama satu minggu untuk hasil yang lebih optimal. Pastikan untuk melakukan pengobatan sesuai petunjuk dokter. (ign)